Senin, 28 Februari 2011

PEMUJA RAHASIA

Di hari jum’at yang cerah seusai melaksanakan shalat jum’at berjamaah di masjid Al-Anshar, masjid utama dipondokku yang terletak di kawasan asrama putra. Aku duduk santai diatas ranjang tempat tidur sambil membaca buku yang kupinjam dari bagian perpustakaan pondok kemarin, aku sangat menikmati saat-saat seperti ini karena tak seorang pun di kamar selain diriku biasanya para santri yang tidak dijenguk oleh keluarganya lebih sering menghabiskan waktu libur hari ini dengan pergi ke laboratorium komputer untuk chatting atau online sampai waktu shalat ashar tiba, adapun mereka yang dijenguk oleh keluarganya mereka tampak senang berbincang-bincang di saung-saung dengan orang tua mereka sambil menikmati makanan yang mereka pesan jauh-jauh hari sebelum kedatangan keluarganya bahkan tak jarang ada yang menangis-nagis karera ingin pulang. “Assalaamu’alaikum” terdengar seseorang mengetuk pintu dari luar kamar.

”wa’alaikumussalaam” jawabku, aku yang tengah asyik membaca bukupun segera beranjak dari tempat tidur untuk melihat siapa yang datang. Ternyata seorang anak yang kukenal, dia adalah salah satu anggota pengajianku bernama Ilham. Dia berdiri tepat didepanku, kedua tangannya menenteng sebuah kantong plastik besar berwarna putih.

”excusme brother, I bring something for you” ia menyodorkan kantong itu kepadaku.

“for me..? Oh thank a lot” jawabku heran.

“you are welcome” balasnya kemudian dia mencium punggung tanganku dan pamit untuk pergi. Aku hanya diam dan heran. Sebenarnya aku masih penasaran dari siapa kiriman itu? Apa maksudnya, kenapa orang ini baik sekali terhadapku padahal aku bukanlah orang yang istimewa di pondok ini.ah sudahlah mungkin ini yang disebut Rizki Tuhan yang tak tahu datang dari mana. Kuletakkan kantong plastik yang berisi makanan dan minuman itu dalam lemari kemudian kembali ke ranjang tidurku untuk melanjutkan bacaanku yang sempat tertunda,namun entah kenapa? Aku jadi malas melanjutkannya, pikiranku melayang-layang dipenuhi pertanyaan karena penasaran dari siapa kiriman itu?? Akhirnya kurebahkan tubuhku diatas kasur yang sudah lapuk dan tenggelam bersama mimpi.

Esoknya aku kembali belajar formal seperti biasanya dan datang lebih awal karena mendapat jadwal piket hari ini,tak sengaja kutemukan buku kecil bersampulkan kertas kado berwarna merah jambu. Kuperhatikan buku itu, terpampang sebuah nama pemilik bukunya “ SILMA RESTU “. Nama yang sepertinya aku kenal. Tapi kenapa ada disini, di tempat dudukku. Ingin aku membacanya tapi tidak mungkin aku tidak berhak membacanya tanpa seizin pemiliknya terlebih dahulu. Akhirnya kuletakkan buku itu di tengah-tengah tumpukan buku pelajaranku. Mungkin saja pemiliknya akan datang untuk mengambilnya nanti, pikirku. Sampai bel pelajaran kedua berbunyi buku itu tetap pada tempatnya hingga datang seorang guru pengawas dan memberitahukan bahwa guru yang mengajarku pada jam pelajaran kedua sedang berhalangan mengajar kemudian meminta agar tidak membuat gaduh.

Aku mulai merasa suntuk dan tiba-tiba pikiranku tertuju pada buku itu. Hatiku selalu mendesak untuk membacanya sampai akhirnya tanpa berpikir panjang aku ambil buku itu dan mulai membacanya. Lembar demi lembar terus kubuka dan tepat di lembaran tengah kutemukan sebuah tulisan menggunakan tinta biru yang membuatku terperanjat. Namaku terselip dalam rangkaian kalimat-kalimat indah yang menyerupai syair tersebut. Semakin aku membacanya semakin tak karuan rasanya hatiku.



Dear my secret admirer

Kala ku larut dalam lamunan...tampak bayangan dirinya menghampiriku, kuterdiam tak mampu ungkapkan kata-kata...menjadi tanda bahwa kumenyimpan sejuta rasa rindu...rindu ingin bertemu...rindu ingin bersatu...satu dalam ikatan cinta...cinta yang ada dalam dihatinya. Seseorang yang menempati tempat khusus di hatiku “ Khaerul Anwar “. Namanya bersemayam dalam lumbung hidupku. Aku menyukainya, sungguh menyukainya.



Wajahku memucat, tak menyangka. Apakah aku sedang bermimpi ? hatiku membatin. Tidak, ini bukan mimpi. Ini nyata, orang yang selama ini selalu berbuat baik kepadaku adalah dia. Silma, gadis yang selama ini selalu memikat perhatianku, ternyata Ia menyukaiku. Ah..sungguh kebetulan yang tak kuduga sebelumnya tapi aku bahagia, tiba-tiba ruangan kelasku serasa begitu berbeda sekali seperti berada di antara hamparan bunga. Jiwaku terbang dan melayang tinggi bersama kenangan waktu itu, saat pertama aku bertemu dengannya.

J J J J J



Aula tampak begitu ramai, suara para santri putra dan putri membahana disana sini. Para dewan gurupun tampak kerepotan mengatur santri-santrinya yang memang susah untuk diatur. Karena hari itu akan diadakan Final English Debatting Competition yang diikuti oleh murid-murid kelas IV dan V Sekolah Menengah Atas, dan aku adalah salah satu pesertanya. Tiba-tiba terdengar suara salah dewan guruku dari arah mikrofon yang ada di atas panggung pertemuan.

“ Perhatian..! hm...anak-anakku sekalian yang bapak cintai ,bapak harap kalian untuk segera duduk agar acara bisa segera dimulai, kalau kalian tetap gaduh dan ribut seperti ini maka acaranya tidak bisa segera dimulai, dan ini akan membuang-buang waktu saja karena acara kita pada hari ini kemungkinan akan memakan waktu yang sangat lama, kalian paham? Nah sekarang duduklah yang rapih sesuai intruksi para dewan guru-guru yang sedang mengatur kalian..!!” suara Pak Willy yang mulai kesal.

Sekarang semua tampak rapih dan tenang, sang moderatorpun mulai mengambil alih acaranya. Dengan sedikit basa-basi salam dan beberapa sambutan dari Kepala Sekolah dan Pimpinan Pondok, kini tiba saatnya para peserta mulai dipanggil untuk naik ke atas panggung pertemuan dan menempati kursi kehormatan yang telah disediakan.

“santriwan-santriwati yang saya banggakan serta dewan guru sekalian yang terhormat, dan inilah 5 finalis terpilih dalam English Debatting Competition Pondok Pesantern Ar-Rahman yang akan bersaing pada malam hari ini” Jelas sang moderator dengan bahasa inggris tentunya yang disambut tepuk tangan meriah para santri dan dewan guru.

“Ananda Ibnu Khaelani santriwan Kelas VI IPA C, Ananda Khaerul Anwar santriwan Kelas V IPS A, Ananda Syabrina Fauziah santriwati Kelas V IPS B, Ananda Narendra Fauzan santriwan Kelas VI IPA B, yang terakhir Ananda Silma Restu santriwati kelas V IPA C”. Suara tepuk tangan bergemuruh meramaikan Aula.

Disinilah awal aku kenal dengannya,waktu itu lawan debatku adalah dia. Dia tampak begitu santai tapi setiap argumennya sulit untuk dipatahkan walaupun akhirnya diapun kalah olehku. Ketika kami berdebat dengan judul “Making Love”.

“Thank so much Moderator,for the time. Okay, I disaggree about it, why..?? because seperti yang kita lihat banyak sekali dampak negatif dari berpacaran, salah satunya hamil diluar nikah mungkin. Dan ini bukanlah hal yang sepele, kejadian-kejadian seperti seharusnya bisa kita jadikan contoh untuk kita semua, apalagi orang seperti kita yang menyandang status sebagai santri dan itu perlu kita jauhi karena tujuan kita disini untuk menuntut ilmu bukan untuk berpacaran. Dan seharusnya menjadi kewajiban kita untuk membawa teman-teman kita yang diluar sana untuk tidak sampai terjerumus lebih jauh lagi karena kurangnya pendidikan agama yang diperoleh, thanks.” Jelasnya dengan penuh percaya diri.

“ Ohw...very good, how about you Khaerul Anwar..??”. tanya sang Moderator kepadaku. Dengan tenang aku mulai menjawab.

“ thanks, hmm...you’re so right but I’m sorry, I aggree! Begini, perlu anda ketahui bahwasanya berpacaran hanyalah sebuah sarana untuk kita agar saling mengenal satu sama lain dengan pasangan kita tentunya. Buat saya pacaran itu tidak jadi masalah,selama itu didasari oleh rasa cinta yang besar karena sifat cinta bukan untuk merusak tapi membangkitkan semangat ruh dan jiwa. Cinta memotifasi hidup kita,begitu pula cinta kita kepada Tuhan yang menggerakkan ruh dan jiwa kita untuk beribadah kepadanya,bukankah begitu?? Karena berpacaran butuh akan cinta yang kemudian benar-benar menjadi sebuah sarana dan tergantung kepada kita bagaimana menggunakan sarana tersebut,dan perlu anda ketahui tanpa cinta hati akan hampa tanpa pacaran hati akan akan gelisah”.

“ wow...good answer boy! hmm...but I want to ask you, kalau boleh saya memberi tahu buktinya banyak orang-orang dulu yang menikah tanpa pacaran bisa langgeng sampai sekarang”. Pancing sang Moderator.

“ Thanks for the question, seperti yang kita ketahui jaman sudah berubah bukan seperti jaman orang-orang yang lebih dulu dari kita, kalo kita masih seperti jaman dahulu maka kita akan tertinggal karena jaman seperti laju kereta api yang melaju kedepan bukan kebelakang, itulah jaman. Buktinya sekarang saja banyak pesantren-pesantren yang bertitel modern, bukankah begitu??”.

“Yeah..I aggree, hmm...how about you Silma?”sambung si Moderator

“ Aku tetap pada pendirianku, tidak setuju karena tetap berpacaran akan merusak hidup kita”Entah kenapa tampaknya dia mulai gugup.

”Kalo begitu apakah anda pernah jatuh cinta kepada seseorang selain Tuhan dan keluarga anda dan apakah anda akan diam saja dan menyimpannya jauh dalam hati anda” desakku.

“Ya..tapi saya rasa tidak harus berpacaran” Dia membantahnya.

“Baiklah, sekarang saya ingin bertanya jika anda orang yang jujur tidak adakah dalam benak diri anda keinginan untuk merasakan apa itu cinta dengan berpacaran mungkin??” balasku.

Kemudian dia terdiam tak mengucapkan sepatah katapun. Raut wajahnya mulai tampak kebingunan. Sungguh cantik sekali kalau dia tampak gugup seperti itu, kembali hatiku membatin.

“ Ring...!!”, tiba-tiba bel istirahat berdering membuyarkan lamunanku. Teman-temanku telah keluar terlebih dahulu, segera aku bergegas merapikan buku-buku pelajaranku untuk menyusul mereka. Namun ketika aku beranjak keluar, langkahku terhenti oleh sosok gadis yang berdiri tepat di ambang pintu kelas. Dia terlihat sedikit berantakan tetapi parasnya yang canrik tidak menghapus keanggunannya. Dia menatap kearahku, nafasnya tampak tidak beraturan. Sepertinya dia habis berlari sedangkan aku masih tetap mematung di tempatku. Dengan nafas terengah-engah kemudian dia menyapaku.

“ apakah kamu khaerul Anwar “ tanyanya walaupun aku tahu dia sudah pasti mengenalku.

“ ya “ jawabku singkat agak sedikit gugup.

“maaf, semalam bukuku tertinggal disini ketika sedang belajar malam. Apakah kamu melihatnya ?” tanyanya lagi terlihat khawatir. Aku merasa bingung untuk menjawabnya tetapi aku tahu, aku tidak boleh berdusta. Akhirnya akupun berterus terang dan meminta maaf serta menyerahkan buku itu kepadanya. Aku khawatir dia akan marah dan membenciku. Namun setelah kami berdiam agak lama, dia angkat bicara.

“ aku tahu, rahasia tidak selamanya akan tersimpan. Dan kamu tidak perlu meminta maaf, justru aku yang merasa malu dan tidah enak karena telah diam-diam menyukaimu bahkan mencintaimu”. Kemudian berbalik arah pergi meninggalkanku. aku tak tahu, apa yang harus aku lakukan dan katakan kepadanya namun tidak akan kubiarkan kesempatan ini terlewati begitu saja.

“ tunggu!!” panggilku. Dia berhenti tanpa menengok kearahku dan diam.

“ ketahuilah, aku pun menyukaimu” kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutku. Aku tidak tahu apa yang dia rasakan setelah mendengarnya tetapi hatiku bergetar kencang sekali. Kemudian dia berlari pergi meninggalkanku tanpa menjawab sepatah katapun. Tapi aku yakin dari raut wajanya yang memerah dia merasakan apa yang aku rasakan.

Selesai...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar